Selasa, 29 Desember 2009

Bencana...oh...bencana

barangkali di sana ada jawabnya
mengapa di tanahku terjadi bencana
..................

Sayup dan lembut lagu Ebiet G Ade mengantarkan aku ke alam transisi antara tidur dan bangun. Saat aku menjalani perjalanan pikiran transisi itu, aku melihat begitu banyak orang berjalan di depanku, tua, muda, anak-anak, lelaki, perempuan. Mereka semua berjalan lurus ke depan sambil kompak berucap : "..... lihatlah manusia.....lihatlah manusia.....lihatlah manusia.....lihatlah manusia........". Sungguh dan sejujurnya aku tidak mengerti apa maksud ucapan mereka. Dalam ketidakmengertianku mereka terus berucap : " ....lihatlah manusia....lihatlah manusia.....lihatlah manusia.......". Penasaran. Lalu aku coba berlari kecil menyusul mereka, sebelum sampai di bagian paling belakang, seorang perempuan berpaling ke arahku sambil berucap : " ...lihatlah manusia....". Aku kaget, lalu kutatap wajahnya sambil bertanya...
Aku : apa maksudnya Bu...eh...Ceu....
Ceu : panggil saja Ceu..
Aku : Baik Ceu...apa arti dan maksud Euceu dan mereka berucap seperti itu, dan dari mana asal Euceu dan kawan-kawan yang lain...
Ceu : kami adalah para korban bencana. Kamu tahu baru2 ini ada bencana, yang telah menyebabkan begitu banyak nyawa dan harta hilang dan hancur?
Aku : Tahu. Gempa bumi dengan kekuatan 7,3 SR, yang terjadi di...
Ceu : Bagian dari Negeri ini (potongnya).
Aku : apa hubungannya antara kata2 yang Euceu dan mereka ucapkan dengan Gempa...
Ceu : Manusia itu kerap salah dalam memahami gempa.
Aku : Maksudnya !
Ceu : Gempa bumi itu fenomena alam. Gempa bumi itu sesuatu yg normal....gempa itu hal yang biasa, karena bumi atau tanah, juga punya kehidupan, punya aktifitas...
Aku : Kok dianggap normal dan biasa sih. Bukankah gempa kemarin itu seperti yang Euceu bilang tadi telah menyebabkan hilang dan merusak banyak nyawa maupun harta ?
Ceu : itu namanya bencana Bang, bukan Gempa.
Aku : Apa bedanya ?
Ceu : ya jelas beda dong Bang. Bencana itu sesungguhnya bentuk artikulasi investasi tingkah laku manusia yang dikehendaki oleh manusia itu sendiri yang direspon secara arif oleh alam.
Aku : aku nggak ngerti Ceu..
Ceu : Manusia itu tahu tentang Gempa atau fenomena alam yang lain seperti banjir, kekeringan dan lain-lain, semua itu fenomena alam yang secara rutin terjadi, karena merupakan bagian kehidupan alam. Manusia yang sama juga tahu dan mengerti bila mereka tidak menjaga alam dengan baik maka fenomena alam itu bisa terjadi lebih cepat atau lebih lambat dari yang seharusnya terjadi, atau terjadi menyimpang dari siklusnya. Dan bila ini terjadi akan mengakibatkan kerugian bagi manusia, baik nyawa maupun harta. Artinya, bila gempa terjadi di daerah yang tidak ada manusianya pasti tidak akan dikatakan bencana. Banjir yang terjadi di hutan belantara yang tidak ada manusianya tidak akan dikatakan bencana, demikian juga kekeringan.
Aku : artinya ?
Ceu : Uhkh...abang ini masih ga ngert aja. Bencana yang selama ini terjadi sesungguhnya merupakan suatu peristiwa yang dikehendaki secara sadar oleh manusia itu sendiri.
Aku : Nggak mungkin dong Ceu. Nggak mungkin. Mana sih ada manusia yang mengiginkan bencana atau konkritnya yang mau kehilangan nyawa maupun harta. Ceu, hakekatnya manusia itu selalu berusaha mempertahankan nyawa dan menjaga bahkan menambah harta, walau harus dengan berbagai cara. Jadi pendapat Euceu itu keliru banget...
Ceu : Itulah manusia bang. Keinginan atau kehendak manusia kerap dirumuskan dalam bentuk kata-kata. Kata-kata yang keluar dari mulutnya. Padahal kalau kita renungkan keinginan atau kehendak dapat kita lihat secara jelas dari perilakunya. Kata2 kerap banyak diwarnai dengan kebohongan dan manipulasi tapi perilaku pada dasarnya, tidak.
Aku : Perilaku juga kan bisa direkayasa dan dimanipulasi !
Ceu : Persis ! tapi perilaku yang direkayasa atau dimanipulasi tidak menggambarkan keinginan atau kehendak yg sesungguhnya. Betulkan !
Aku : Hubungannya dengan yg sedang kita bicarakan, apa ?
Ceu : Bang....Euceu coba jelaskan secara sederhana aja ya ! coba renungkan Bang, katanya demi kesejahteraan manusia tapi mereka membabat hutan sampai gundul, katanya demi pertumbuhan ekonomi tapi isi perut bumi dieksploitasi semena-mena, katanya demi kebersihan di rumah dan halamannya tapi mereka buang sampah ke sungai, katanya demi menikmati keindahan alam ciptaaan Tuhan tapi mereka bangun properti seenak udelnya di tepi pantai atau perbukitan, katanya demi memenuhi kebutuhan sandang mereka bangun pabrik di tempat dimana mereka dengan mudah memperoleh sumber daya yang murah dengan modal yang rendah sekalipun harus mengabaikan konservasi, katanya...
Aku : Itukan tuntutan kebutuhan kemajuan jaman Ceu !
Ceu :Iya...Euceu setuju. Kebutuhan manusia terus berkembang dan harus tetap dipenuhi, tapi kan nggak mesti merusak alam atau mengganggu siklus kehidupan bumi ?
Aku : Terus....
Ceu : Jadi jelas, bila kita lihat dari perilaku manusia seperti yang Euceu jelaskan tadi, bukankah sesungguhnya manusia itu menghendaki terjadi bencana ?
Aku : Hhhhmmmmm
Ceu : Dan naifnya manusia itu Bang, bila terjadi bencana, mereka selalu "menyalahkan" alam dan bahkan Tuhan, dengan enteng mengatakan " semua itu terjadi karena kehendakNya". Dan konyolnya lagi manusia tidak pernah dengan serius belajar dari bencana, sekalipun setiap terjadi bencana, para bijaksanawan dan bijaksanawati selalu mengatakan " selalu ada hikmah di balik bencana". Dan kelewat bangetnya manusia, masa belajar saja harus dari bencana, seperti omongan orang Jerman " Die menschen lernen nur aus katastropen. Schade !". Dan lebih konyolnya, lagi kita tak pernah mau belajar dari bencana. Bencana tinggal bencana. Bencana yang satu berlalu bencana selanjutnya menunggu giliran. Kita ! yang tetap begini saja....
Aku : Ceu... sungguh aku tidak mudah memahami apa yang Euceu bilang.
Ceu : Itulah manusia Bang.....mereka selalu berusaha memahami apa yang orang katakan, terlepas benar atau salah. Padahal menurut Euceu pahamilah alam dengan sebenar2nya, pahamilah keberadaan manusia dengan sebenar-benarnya, pahamilah interaksi manusia dengan alam dengan sebenar-benarnya. Apakah manusia diutus ke bumi ini untuk menghancurkan alam beserta hukum-hukumnya, atau manusia itu sesungguhnya diutus Tuhan untuk menjaga harmoni antara manusia dengan alam seperti sewaktu diciptakan sejak awal ?
Aku : Btw....Euceu dan kawan2 itu siapa dan mau kemana ?
Sebelum menjawab, Euceu berlari kecil meninggalkan aku, kembali ke barisan kawan2nya sambil terus berucap : "....lihatlah manusia.....lihatlah manusia.......lihatlah manusia......."
Bersamaan dengan kembalinya Euceu ke barisan kawan2nya, syair lagu Ebiet G Ade makin terdengar jelas.....
....mungkin Tuhan mulai bosan
melihat tingkah kita
yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
...........

Tidak ada komentar: